GEOGRAFI PENDUDUK


GEOGRAFI PENDUDUK

A. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Peluang Rumah Tangga Bermigras

Secara teoritis migrasi merupakan respons terhadap perbedaan pendapatan di desa dan di kota. Namun faktor perbedaan pendapatan itu saja tidak cukup dapat menerangkan niat rumah tangga melakukan migrasi. Beberapa studi empiris menunjukkan niat rumah tangga bermigrasi dipengaruhi oleh faktor-faktor pendorong (push factor), seperti keterbatasan pemilikan lahan, pendapatan yang rendah, beban tenaga kerja yang tinggi atau faktor lain yang pada umumnya menunjukkan kondisi marjinal desa. Peluang individu bermigrasi pun sangat dipengaruhi oleh karakteristik calon migran, seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan ataupun tingkat pendidikan. Sedangkan faktor penarik (pull factor) untuk bermigrasi merupakan ekspektasi terhadap kondisi yang lebih baik di kota, yang dicerminkan dari tingkat upah yang tinggi, status kota tujuan (kota metropolitan, ibukota propinsi dsb), hubungan dengan famili di kota serta aksesibilitas ke kota.

Berdasarkan beberapa temuan di atas, hasil kajian ini memberikan beberapa informasi sebagai berikut. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang bermigrasi rumah tangga di pedesaan Jawa Barat di bedakan menjadi dua, yaitu :
 a) faktor non ekonomi, yaitu faktor-faktor yang mencerminkan karakeristik individu, yaitu umur, tingkat pendidikan, status perkawinan serta jenis kelamin, dan
b) faktor ekonomi, yaitu faktor yang mencerminkan karakteristik rumah tangga, yaitu rasio ketergantungan (dependency ratio), rasio pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga, rasio luas pemilikan lahan terhadap jumlah angkatan kerja (kapasitas lahan) serta rasio pendapatan rumah tangga di sektor pertanian terhadap total pendapatan rumah tangga.
Hubungan antara pendidikan dengan niat bermigrasi dalam kajian ini terjadi karena sebagian besar migran dalam pengambilan sampel adalah orang yang melakukan migrasi komuter atau sirkuler, yang bekerja di sektor informal, dimana pada umumnya mereka berpendidikan relatif rendah. Sementara orang yang berpendidikan relatif tinggi yang melakukan migrasi, umumnya mereka menetap di kota (migrasi permanen) yang hanya kembali ke desa sesekali saja. kecenderungan orang yang melakukan migrasi adalah orang yang berusia muda, berpendidikan rendah dan orang yang sudah kawin. Selain itu orang yang melakukan migrasi cenderung berasal dari rumah tangga yang memiliki rasio pengeluaran terhadap pendapatan yang rendah, rasio pemilikan lahan terhadap jumlah angkatan kerja yang relatif tinggi serta rasio pendapatan pertanian terhadap total pendapatan rumah tangga yang relatif tinggi pula.
faktor yang mencirikan karakteristik ekonomi rumah tangga adalah rasio pendapatan pertanian terhadap pendapatan total rumah tangga. Semakin tinggi kontribusi pendapatan yang berasal dari pertanian semakin besar kecenderungan untuk melakukan migrasi. Dengan demikian di agroekosistem sawah dataran tinggi, peubah yang mencirikan karakteristik individu lebih dominan mempengaruhi peluang individu melakukan migrasi dibanding peubah yang mencirikan karakteristik ekonomi. Di agroekosistem lahan kering, peluang individu melakukan migrasi hanya dipengaruhi oleh jenis kelamin, yang mewakili karakteristik individu, dan proporsi pendapatan pertanian terhadap total pendapatan rumah tangga, sebagai peubah yang mewakili karakteristik rumah tangga. Relatif sedikitnya peubah yang secara nyata mempengaruhi peluang individu melakukan migrasi konsisten dengan fakta dimana di daerah agroekosistem lahan kering, orang yang bermigrasi relatif sangat sedikit dibandingkan dengan agroekosistem lainnya. Dalam hal ini migrasi cenderung dilakukan oleh laki-laki dan semakin besar kontribusi pendapatan rumah tangga yang berasal dari pertanian semakin besar peluang melakukan migrasi.

B. Dampak Migrasi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Secara teoritis, niat bermigrasi didasarkan oleh motivasi untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima di daerah asal. Dengan demikian dihipotesakan bahwa dengan melakukan migrasi, pendapatan rumah tangga akan lebih baik dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak melakukan migrasi . Dampak dari bermigrasi terhadap pendapatan rumah tangga ditunjukkan pada Tabel 1. Secara umum dari tabel tersebut dapat ditunjukkan bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga yang melakukan migrasi lebih tinggi dibandingkan pendapatan rumah tangga yang tidak melakukan migrasi. Rata-rata pendapatan rumah tangga migran sebesar Rp. 12.622 ribu / tahun, sedangkan pendapatan rumah tangga non migran sebesar Rp. 11.190 ribu / tahun. Namun untuk rumah tangga yang berada di agroekosistem lahan kering, pendapatan rumah tangga migran relatif sama dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga non migran. Dengan demikian di agroekosistem lahan kering kegiatan migrasi tidak memberikan dampak yang berarti terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga secara umum. Hal ini didukung oleh fakta relatif kecilnya tingkatpartisipasi migrasi penduduk di agroekosistem lahan kering dibandingkan agroekosistem lainnya.
Tabel.1. Pendapatan Rumah Tangga Migran, Non Migran Serta Tingkat Partisipasi Migrasi Menurut Agroekosistem di Pedesaan

Pendapatan rumah tangga migran (Rp.000)

Pendapatan rumah tangga non migran (Rp.000)

Proporsi migrant

1 2 3 4
Sawah dataran rendah Sawah dataran tinggi Lahan kering Pantai
                         9.603
                         9.283
                      13.236
                      26.502

                          7.386
                          8.303
                        13.352
                        14.601

                    0,3155
                    0,3341
                    0,2940
                    0,3436

                      Rata-rata
                      12.622
                        11.190
                    0,3245

            Selanjutnya untuk menunjukkan lebih lanjut bahwa ada keterkaitan kegiatan migrasi terhadap pendapatan rumah tangga, dianalisis dengan menggunakan model pendapatan rumah tangga. Peubah yang dimasukkan ke dalam model terdiri dari: a) peubah yang mencirikan karakteristik migrasi, yaitu jumlah ART yang bermigrasi (x3), pendapatan dari migrasi (x4), dan rata-rata tahun sekolah migran (x6) , dan b) peubah lainnya, yaitu jumlah ART yang bekerja (x1), jumlah ART yang bekerja di sektor non pertanian (x2), rata-rata tahun sekolah ART yang bekerja (x6), luas lahan milik (x7), beban tenaga kerja (x 8) dan dummy agroekosistem (x9).
            Empat peubah yang secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga. Peubah tersebut adalah: jumlah anggota rumah tangga yang bekerja (x1), jumlah anggota rumah tangga (ART) yang bekerja di sektor non pertanian (x2), pendapatan dari migrasi (x4) dan luas pemilikan lahan (x7). Sedangkan peubah jumlah ART yang bermigrasi (x3) dan rata-rata tahun sekolah migran (x5) menunjukkan pengaruh yang tidak nyata. Pendapatan dari migrasi berpengaruh nyata positif terhadap pendapatan rumah tangga. Semakin besar pendapatan dari migrasi semakin besar pendapatan rumah tangga.

C. Dampak Migrasi Terhadap Ekonomi Wilayah Pedesaan

            Dari hasil analisis sebelumnya diketahui bahwa kegiatan migrasi memberikan kontribusi pendapatan yang cukup tinggi terhadap pendapatan rumah tangga. Hal ini menunjukkan besarnya ketergantungan ekonomi rumah tangga di pedesaan terhadap kegiatan migrasi. Namun mengingat sebagian besar pendapatan migran juga dibelanjakan kembali di desa, kegiatan migrasi akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi wilayah .
            Berdasarkan hasil-hasil kajian terdahulu, dimana pendapatan yang diperoleh dari migrasi, sebagian besar (80 persen) akan dibelanjakan kembali di desa (Hugo,1979), dan pola konsumsi migran tidak berbeda dengan non migran (Glytos, 1993) maka kegiatan migrasi akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi desa. Pendapatan rumah tangga dari migrasi pada tahun 2000-2001 akan memberikan pertambahan pendapatan wilayah di agroekosistem sawah dataran rendah sebesar Rp. 208 juta, dan di agoekosistem sawah dataran tinggi sebesar Rp. 142 juta. Sedangkan di agroekosistem lahan kering dan pantai masing-masing sebesar Rp.79 juta dan Rp.51 juta.
            Dari data tersebut terlihat bahwa dampak positif dari kegiatan migrasi yang berupa pertambahan ekonomi wilayah, terbesar dirasakan oleh rumah tangga di agroekosistem sawah dataran rendah. Hal ini juga didukung oleh relatif tingginya tingkat partisispasi migrasi di wilayah tersebut. Pertambahan ekonomi wilayah akan meningkatkan aktivitas ekonomi, diantaranya usaha toko/warung. Hasil kajian ini didukung oleh kajian Saefullah di Jawa Barat(1995), yang menyatakan bahwa selain untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, sebagian remitan digunakan untuk mengembangkan atau membuka usaha yang berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi masyarakat di desa.










DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, M., Erwidodo. 1992. Urbanisasi Temporer di Jawa Barat. Monograph series. No. 4. Dinamika Keterkaitan Desa Kota di Jawa Barat: Arus Tenaga Kerja, Barang dan Kapital. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor. Harris. J.R., M.P. Todaro. 1970. Migration, Unemployment and Development: A Two-Sector Analysis. The American Economic Review. Vol LX, No. 1. 1970. Hugo, G. 1977. Circular Migration. Bulletin of Indonesian Economic Studies. Vol XIII, No. 3 November 1977. Australian National University Canbera.

Comments

  1. Menangkan juga Jackpot hingga ratusan juta rupiah.
    Custumer Service online kami siap 24jam akan melayani Deposit,
    withdraw dan Registrasi anda dengan cepat, ramah, sopan dan
    juga profesional.
    Kami bertransaksi Menggunakan Bank BCA, BNI, BRI , Danamon , dan Mandiri
    Ayo segera daftarkan diri anda di www,pokers1288,pw
    (WA : 081910053031)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bleep tes dan Norma

TES BALKE (LARI 15 MENIT) DAN NORMA

Tes Lari 2,4 Km(COOPER TEST) dan Norma